Senin, 20 April 2015

kode penyakit jiwa dalam ICD10

BAB V
Kelainan Jiwa dan Tingkah laku (F00-F99)

Blok-blok di dalam bab ini:
F00-F09     Kelainan jiwa organik, termasuk yang hanya berupa gejala
F10-F19     Kelainan jiwa dan tingkah laku akibat penggunaan zat psikoaktif
F20-F29     Schizophrenia, schizotype dan waham (delusion)
F30-F39     Kelainan alam perasaan (mood/affective]
F40-F48     Kelainan neurotik, berhubungan dengan stress-dan somatoformis.
F50-F59     Sindroma tingkah laku akibat kekacauan fisiologis dan faktor fisik
F60-F69     Kelainan kepribadian dan tingkah laku pada orang dewasa.
F70-F79     Retardasi mental
F80-F89     Kelainan perkembangan psikologis
F90-F98     Kelainan tingkah laku dan emosi yang biasa mulai pada masa anak dan remaja
F99             Kelainan mental yang tidak dijelaskan
Kategori asterisk untuk bab ini:
F00*     Dementia yang timbul pada penyakit Alzheimer
F02*     Dementia yang timbul pada penyakit lain yang klasifikasinya di tempat lain
F00-F09: Kelainan jiwa organik, termasuk hanya gejala
Blok ini berisi kelompok kelainan jiwa akibat penyakit otak, kerusakan otak, atau keadaan lain yang merusak fungsi otak. Kerusakan fungsi ini bisa primer atau sekunder. Kelainan primer disebabkan oleh keadaan yang secara langsung dan selektif mengganggu otak; sedangkan kelainan sekunder adalah pada penyakit yang melibatkan otak sebagai salah satu dari berbagai sistem atau organ tubuh yang diserangnya.
Dementia (F00-F03) adalah sindroma kekacauan fungsi tinggi korteks seperti daya ingat, belajar, berpikir, orientasi, memahami, menghitung, dan memutuskan. Kesadaran tidak terganggu. Biasanya terdapat kerusakan fungsi kognitif (pengenalan), yang kadang-kadang didahului oleh memburuknya kontrol emosi, tingkah-laku sosial, atau motivasi. Sindroma ini terjadi pada (1) penyakit Alzheimer, yaitu penyakit degenerasi primer otak yang penyebabnya tidak jelas; (2) penyakit pembuluh darah otak yang menimbulkan infark otak, dan (3) keadaan lain yang mengganggu otak.

F00*    Dementia pada penyakit Alzheimer (G30.-†)

F00.0* onset dini (G30.0†) – usia <65 tahun
F00.1* onset lanjut (G30.1†) – 65 tahun atau lebih
F00.2* tidak jelas atau campuran (G30.8†)
F00.9* tidak dijelaskan (G30.9†)

F01      Dementia vaskuler

F01.0   dengan onset yang akut
F01.1   dengan banyak infark
F01.2   pada subkorteks
F01.3   campuran korteks dan subkorteks
F01.8   jenis lain
F01.9   tidak dijelaskan

F02*    Dementia pada penyakit yang klasifikasinya di bagian lain

F02.0*  pada penyakit Pick (G31.0†)
F02.1*  pada penyakit Creutzfeldt-Jakob (A81.0†)
F02.2*  pada penyakit Huntington (G10†)
F02.3*  pada penyakit Parkinson (G20†)
F02.4*  pada penyakit human immunodeficiency virus [HIV] (B22.0†)
F02.8*  pada penyakit lain yang klasifikasinya di tempat lain

F03      Dementia yang tidak dijelaskan

Excludes:      dementia senilis (tua) dengan delirium atau kebingungan akut (F05.1)
senility NOS (R54)

F04      Amnesia organik, bukan akibat alkohol atau zat psikoaktif lain

Amnesia adalah kegagalan ingatan baru dan lama, tapi ingatan terbaru masih ada. Kesanggupan belajar menurun dan orientasi waktu terganggu.
Includes:       Psikosis atau sindroma Korsakov, non-alkoholik

F05      Delirium, bukan akibat alkohol atau zat psikoaktif lain

Sindroma otak organik yang khas dengan kacaunya kesadaran, perhatian, persepsi, pikiran, ingatan, sikap motorik, emosi, dan jadwal tidur. Lamanya dan tingkatnya bervariasi.
Includes:       sindroma otak, bingung (nonalcoholic), psikosis akibat infeksi, reaksi organik, sindroma psiko-organik akut atau subakut
F05.0   tidak menyertai dementia
F05.1   menyertai dementia
F05.8   jenis lain
F05.9   tidak dijelaskan

F06      Kelainan jiwa lain akibat kerusakan otak atau penyakit badan

Disni termasuk kondisi minor yang berhubungan dengan kelainan otak, baik penyakit otak primer, penyakit sistemik, zat-zat eksogen, kelainan endokrin, atau penyakit badan lain.
F06.0   halusinosis organik – diikuti banyak halusinasi
F06.1   kelainan katatonik organik – aktifitas psikomotor terganggu
F06.2   kelainan waham organik
F06.3   kelainan alam perasaan organik
F06.4   kelainan anxiety organik – banyak kecemasan atau panik
F06.5   kelainan disosiasi organik – integrasi memori, identitas, dan gerakan putus
F06.6   kelainan emosi labil [asthenic] organik
F06.7   kelainan kognitif ringan
F06.8   kelainan jiwa lain akibat kerusakan otak atau penyakit badan, jenis lainnya
F06.9   kelainan jiwa lain akibat kerusakan otak atau penyakit badan, yang tidak dijelaskan

F07      Kelainan kepribadian dan tingkah-laku akibat kerusakan otak

F07.0   kelainan kepribadian organik
F07.1   sindroma pasca ensefalitis
F07.2   sindroma pasca-konkusio
F07.8   jenis lain
F07.9   tidak dijelaskan.

F09      Kelainan jiwa organik atau simptomatik, tidak dijelaskan.




F10-F19: Kelainan jiwa akibat penggunaan zat psikoaktif
Blok ini berisi kelainan akibat penggunaan zat psikoaktif, baik melalui resep dokter atau tidak. Karakter ketiga pada kode menunjukkan jenis zat, dan karakter keempat menunjukkan keadaan klinis. Kode ini hendaknya digunakan untuk setiap zat yang diduga, namun harus diperhatikan bahwa tidak semua kode karakter keempat ini bisa digunakan pada semua zat. Subdivisi karakter keempat berikut digunakan untuk kategori F10-F19:
.0  Intoksikasi akut
Kondisi setelah pemberian zat psikoaktif yang menyebabkan kekacauan tingkat kesadaran, kognisi, persepsi, alam perasaan atau tingkah-laku, atau fungsi dan respons psiko-fisiologis lain. Kekacauan berbanding lurus dengan efek farmakologis dan berkurang menurut waktu. Kesembuhan sempurna, kecuali kalau kerusakan jaringan atau komplikasi lain telah terjadi. Komplikasi bisa berupa trauma, inhalasi vomitus, delirium, koma, kejang, dan lain-lain. Sifat komplikasi tergantung pada jenis farmakologis dan cara pemberian zat tersebut. Contohnya adalah mabuk alkohol akut, "bad trips" (drugs), mabuk NOS, intoksikasi patologis, ‘kesurupan' dan ‘kemasukan’ pada waktu intoksikasi zat psikoaktif
.1  Penggunaan yang berbahaya
Sebuah pola penggunaan zat psikoaktif yang merusak kesehatan. Kerusakan bisa berupa fisik (seperti hepatitis akibat penyuntikan zat psikoaktif) atau mental (misalnya episode depresi setelah meminum alkohol dalam jumlah besar).
.2  Sindroma ketergantungan
Campuran fenomena tingkah-laku, kognitif, dan fisiologis yang muncul setelah pemakaian berulang, Sindroma ini khas dengan adanya dorongan untuk menggunakan zat tersebut, sulit mengontrol penggunaannya, tetap menggunakan walau mengetahui akibat yang berbahaya, prioritas untuk menggunakan zat lebih besar dibandingkan dengan kegiatan dan kewajiban lain, naiknya toleransi terhadap zat, dan kadang-kadang gejala fisik akibat putus zat. Sindroma ini bisa terjadi pada zat psikoaktif tertentu (tembakau, alkohol, atau diazepam), satu kelompok obat (opioid), atau berbagai jenis zat psikoaktif yang secara farmakologis berbeda.
.3  Keadaan putus obat
Kelompok gejala yang terjadi akibat penarikan zat psikoaktif setelah penggunaan yang menetap. Onset dan arah perjalanan gejala ini terbatas dan tergantung pada zat psikoaktif dan dosis yang digunakan sebelum penggunaannya dihentikan atau dikurangi. Keadaan ini bisa diperberat oleh kejang-kejang.
.4  Keadaan putus obat dengan delirium
Keadaan putus obat yang diikuti oleh delirium (F05.-). Kejang juga bisa timbul. Kalau penyebabnya diduga faktor organik, maka harus diklasifikasikan pada F05.8. Contohnya delirium tremens (diinduksi alkohol)
.5  Kelainan psikosis
Sekelompok fenomena psikosis yang terjadi selama atau sesudah penggunaan zat psikoaktif tapi tidak bisa dijelaskan berdasarkan intoksikasi akut saja dan tidak merupakan bentuk keadaan putus obat. Kelainan ini khas dengan halusinasi (biasanya auditorius, tapi sering lebih dari satu jenis sensoris), distorsi persepsi, waham (sering bersifat paranoid atau curiga), kekacauan psikomotor (excitement atau stupor), dan alam perasaan abnormal yang bisa berkisar dari sangat takut atau sangat senang. Sensoris biasanya jernih, namun bisa terjadi penurunan kesadaran walau pun tidak berat.
Contohnya adalah halusinosis, cemburu, paranoia dan psikosis akibat alkohol
.6  Sindroma amnesia
Sebuah gejala dengan kerusakan pada ingatan baru dan lama. Ingatan terbaru masih utuh, sedangkan ingatan baru lebih terganggu daripada ingatan lama. Kekacauan sensasi waktu dan urutan kejadian biasanya terdapat, di samping kesulitan mempelajari hal baru. Konfabulasi bisa sangat menonjol walaupun tidak selalu ada. Fungsi kognitif lain biasanya baik dan kerusakan amnesia tidak berimbang dengan kekacauan lain. Misalnya kelainan amnesia akibat  alkohol atau obat, dan psikosis/sindroma Korsakov akibat alkohol atau zat psikoaktif lain, atau tidak dijelaskan
.7  Kelainan psikotik sisa (residual) dan mulainya terlambat (late-onset)
Perubahan kognisi, alam perasaan, kepribadian, atau tingkah laku akibat alkohol atau zat psikoaktif berlangsung lebih lama daripada mestinya. Awal terjadinya kelainan harus sesuai dengan penggunaan zat psikoaktif. Kalau kelainan terjadi setelah episode penggunaan zat, kelainan tersebut dikode kalau jelas merupakan efek sisa zat tersebut.
.8  Kelainan jiwa dan tingkah laku lainnya
.9  Kelainan jiwa dan tingkah laku yang tidak dijelaskan

F10.-    akibat penggunaan alkohol

F11.-    akibat penggunaan opioids

F12.-    akibat penggunaan kannabinoids

F13.-    akibat penggunaan sedatif atau hipnotik

F14.-    akibat penggunaan kokain

F15.-    akibat penggunaan stimulants lain, termasuk caffeine

F16.-    akibat penggunaan hallusinogens

F17.-    akibat penggunaan tembakau

F18.-    akibat penggunaan pelarut mudah menguap

F19.-    akibat penggunaan banyak obat dan penggunaan zat psikoaktif lain

Kategori ini digunakan kalau dua atau lebih zat psikoaktif, tapi tidak mungkin diketahui mana yang lebih berpengaruh. Ia juga digunakan kalau identitas zat psikoaktif yang digunakan tidak jelas atau tidak diketahui, karena banyak pengguna obat ganda sendiri tidak mengetahui detil zat yang mereka gunakan.
Includes:    penggunaan obat secara salah NOS

F20-F29: Schizophrenia, schizotype dan waham
Blok ini menyatukan skhizofrenia, kelainan skhizotipe, waham persisten, dan kelainan psikotik akut dan sementara. Kelainan skhizoaktif masih masuk ke dalam kategori ini walau pun statusnya masih diperdebatkan.

F20       Schizophrenia

Kelainan skizofrenik pada umumnya khas dengan distorsi pikiran dan persepsi, dan alam perasaan yang tidak sesuai atau tumpul. Kesadaran dan kapasitas intelektual biasanya baik walau pun defisit kognitif tertentu bisa muncul bersama waktu. Fenomena psikopatologis yang paling penting adalah thought echo (pikiran berulang-ulang); thought insertion or withdrawal (penyisipan atau pembuangan bagian pikiran); thought broadcasting (menyampaikan kemana-mana pikirannya); persepsi waham dan waham kuasa; suka mempengaruhi atau pasif sama sekali; suara halusinasi yang mengomentari atau membicarakan pasien; kelainan pikiran dan gejala-gejala negatif.
Perjalanan skizofrenia bisa terus menerus, sewaktu-waktu dengan defisit yang progresif atau stabil, atau satu-episode atau lebih dengan remisi yang komplit atau tidak komplit. Diagnosis skizofrenia dihindarkan kalau ada gejala depresi atau manik yang luas, kecuali kalau skizofrenia muncul lebih dulu. Juga skizofrenia tidak didiagnosa kalau ada penyakit otak organik atau ketika keracunan atau putus obat.
F20.0   Skizofrenia paranoid - curiga
F20.1   Skizofrenia hebefrenik – alam perasaan
F20.2   Skizofrenia katatonik – psikomotor: hiperkinensis atau stupor
F20.3   Skizofrenia ‘undifferentiated’ – gejala di atas tidak tegas
F20.4   Depresi pasca skizofrenia – tekanan perasaan
F20.5   Skizofrenia residual – kronis, gejala sisa
F20.6   Skizofrenia simplex – ringan tapi progresif
F20.8   Skizofrenia lain
F20.9   Skizofrenia, tidak dijelaskan

F21      Kelainan schizotype

Kelainan yang khas dengan tingkah laku eksentrik dan alam perasaan yang mirip skizofrenia, walau pun tidak terdapat kelainan yang merupakan ciri-ciri skizofrenia.. Tidak jelas saat mulai dan evolusinya, arah penyakit biasanya kelainan kepribadian.

F22      Kelainan waham persisten

Mencakup berbagai kelainan dengan waham jangka panjang merupakan gejala utama, namun tidak bisa diklasifikasikan sebagai organik, skizofrenik, atau afektif.
F22.0   Kelainan waham – waham tunggal atau kelompok waham yang berhubungan
F22.8   Kelainan waham persisten lainnya
F22.9   Kelainan waham persisten, tidak dijelaskan

F23      Kelainan psikotik akut dan sementara

Kelainan dengan onset akut gejala psikotik (waham, halusinasi, dan kekacauan persepsi), dan terhentinya tingkah laku yang biasa. Onset akut adalah perkembangan gambaran klinis dalam dua minggu atau kurang.
F23.0   Kelainan psikotis polimorf akut tanpa gejala skizofrenia
F23.1   Kelainan psikotik polimorf akut dengan gejala skizofrenia
F23.2   Kelainan psikotik akut mirip-skizofrenia.
F23.3   Kelainan psikotik akut lain dengan waham sebagai gejala utama.
F23.8   Kelainan psikotik akut dan sementara lain
F23.9   Kelainan psikotik akut dan sementara lain, tidak dijelaskan

F24      Kelainan waham induksi

Kelainan waham yang dirasakan oleh dua orang atau lebih dengan hubungan emosi yang erat. Hanya seorang yang benar-benar menderita psikotik, waham terinduksi ke orang lain dan biasanya hilang setelah mereka dipisahkan.

F25      Kelainan skizo-afektif

Kelainan yang muncul sewaktu-waktu dengan gejala afektif dan skizofrenia, tapi tidak memenuhi syarat diagnosis skizofrenia atau episode depresi atau manik.
F25.0   Kelainan skizoafektif, tipe manik
F25.1   Kelainan skizoafektif, tipe depresif
F25.2   Kelainan skizoafektif, tipe campuran
F25.8   Kelainan skizoafektif lain
F25.9   Kelainan skizoafektif, tidak dijelaskan

F28      Kelainan psikotik non-organik lain

Kelainan waham atau halusinasi, tapi tidak cukup untuk diagnosis skizofrenia (F20.-), kelainan waham persisten (F22.-), kelainan psikotik akut dan sementara (F23.-), episode manik jenis psikotik (F30.2), atau episode depresi berat (F32.3).

F29      Psikosis non-organik yang tidak dijelaskan

F30-F39: Kelainan alam perasaan (afektif/mood)
Blok ini berisi kelainan dengan perubahan alam perasaan menjadi tertekan (dengan atau tanpa kecemasan yang terkait) atau menjadi sangat bebas. Perubahan mood biasanya diikuti oleh perubahan level aktifitas menyeluruh, hampir semua gejala lain bisa merupakan gejala sekunder dari, atau mudah dipahami dari bentuk perubahan mood dan aktifitas. Hampir semua kelainan ini cenderung berulang dan titik mulainya episode tersendiri sering berhubungkan dengan kejadian atau situasi yang membuat stress.

F30      Episode mania

Semua subdivisi pada kategori ini digunakan hanya untuk satu episode. Episode hipomanik atau manik pada seseorang yang memiliki episode afektif sebelumnya (depresif, hipomanik, manik, atau campuran) harus dikode sebagai kelainan afektif bipolar (F31.-).
Includes:       kelainan bipolar, episode manik tunggal
F30.0   Hypomania
F30.1   Mania tanpa gejala psikotik
F30.2   Mania dengan gejala psikotik
F30.8   Episode mania lain
F30.9   Episode mania, tidak dijelaskan

F31      Kelainan afektif bipolar

Khas dengan dua atau lebih episode gangguan mood dan aktifitas, gangguan ini pada suatu ketika berupa meningginya mood dan peningkatan aktifitas (hipomania atau mania), dan pada kesempatan lain berupa merendahnya mood dan penurunan aktifitas (depresi).
Disini termasuk penyakit, psikosis, atau reaksi “manik-depresi”
F31.0   episode sekarang hipomania
F31.1   episode sekarang mania tanpa gejala psikotik
F31.2   episode sekarang mania dengan gejala psikotik
F31.3   episode sekarang depresi ringan atau sedang
F31.4   episode sekarang depresi berat tanpa gejala psikotik
F31.5   episode sekarang depresi berat dengan gejala psikotik
F31.6   episode sekarang campuran
F31.7   sekarang dalam remisi
F31.8   kelainan afektif bipolar lain
F31.9   kelainan afektif bipolar, tidak dijelaskan

F32      Episode depresi

Pada episode depresi umumnya terjadi penurunan daya untuk menikmati, tertarik, dan konsentrasi, dan kelelahan setelah usaha ringan. Tidur biasanya terganggu dan selera makan menurun. Harga diri dan rasa percaya diri hampir selalu berkurang, dan bahkan dalam bentuk yang paling ringan, perasaan bersalah atau merasa tak berguna sering muncul.
Penurunan mood bervariasi dari hari ke hari, tidak berespons pada keadaan sekitar dan bisa diikuti oleh gejala-gejala ‘somatik’ seperti hilangnya ketertarikan dan kesenangan, bangun pagi beberapa jam sebelum biasanya, depresi paling berat di pagi hari, retardasi psikomotor menonjol, tegang, hilang selera makan, berat badan berkurang, dan hilangnya libido..
F32.0   Episode depresi ringan
F32.1   Episode depresi sedang
F32.2   Episode depresi berat tanpa gejala psikotik
F32.3   Episode depresi berat dengan gejala psikotik
F32.8   Episode depresi lain
F32.9   Episode depresi, tidak dijelaskan

F33      Depresi berulang

Khas dengan berulangnya episode depresi. Episode pertama bisa pada semua usia, onset bisa akut atau perlahan, dan berlangsung beberapa minggu sampai beberapa bulan.
F33.0   Depresi berulang, episode sekarang ringan
F33.1   Depresi berulang, episode sekarang sedang
F33.2   Depresi berulang, episode sekarang berat tanpa gejala psikotik
F33.3   Depresi berulang, episode sekarang berat dengan gejala psikotik
F33.4   Depresi berulang, sedang dalam remisi
F33.8   Depresi berulang lainnya
F33.9   Depresi berulang, tidak dijelaskan

F34      Kelainan afektif persisten

Kelainan alam perasaan yang persisten dan biasanya naik turun, tapi ringan. Berlangsung berbulan-bulan, kadang-kadang pada sebagian besar kehidupan dewasanya. Kadang-kadang, episode tunggal manik atau depresi bisa muncul.
F34.0   Cyclothymia – mood tidak stabil; depresi dan perasaan senang ringan
F34.1   Dysthymia - depresi mood kronis, berlangsung sekurangnya beberapa tahun
F34.8   Kelainan afektif persisten lainnya
F34.9   Kelainan afektif persisten, tidak dijelaskan

F38      Kelainan afektif lainnya

Kelainan mood yang tidak cukup berat atau berlangsung tidak cukup lama.
F38.0   Kelainan afektif tunggal lainnya
F38.1   Kelainan afektif berulang lainnya
F38.8   Kelainan afektif lainnya

F39      Kelainan afektif yang tidak dijelaskan

F40-F49: Neurosis, dengan stress dan somatoformis

F40      Cemas fobia (phobic anxiety)

Cemas muncul terhadap situasi yang jelas dan tidak berbahaya; yang kalau bisa dihindari, atau kalau terpaksa akan dihadapi dengan takut. Kekhawatiran bisa berupa gejala berdebar-debar atau rasa mau jatuh, dan sering diikuti oleh khawatir akan kematian, kehilangan kontrol, atau gila. Berpikir untuk masuk ke situasi fobia biasanya sudah menimbulkan cemas. Cemas fobia sering hadir bersamaan dengan depresi.
F40.0   Agoraphobia – takut berada di tempat terbuka
F40.1   Fobia-fobia sosial - anthropophobia atau neurosis sosial
F40.2   Fobia spesifik (isolated) - acrophobia (takut ketinggian), claustrophobia (takut tempat tertutup), fobia binatang, fobia sederhana
F40.8   Cemas fobia lainnya
F40.9   Cemas fobia, tidak dijelaskan

F41      Kelainan cemas lainnya

Cemas merupakan gejala utama dan tidak terbatas pada situasi tertentu..
F41.0   Panik [cemas paroksismal secara episodik]
F41.1   Kecemasan umum
F41.2   Cemas campur depresi
F41.3   Cemas campur lainnya
F41.8   Cemas lain yang dijelaskan
F41.9   Cemas, tidak dijelaskan

F42      Kelainan obsesi-kompulsi

Gambaran penting adalah pikiran obsesi dan tindakan kompulsi yang timbul berulang-ulang. Pikiran obsesi adalah ide, bayangan, atau dorongan yang memasuki pikiran berulang-ulang dalam bentuk yang sama. Obsesi hampir selalu menekan perasaan dan pasien sering berusaha untuk melawannya tapi gagal.
Tindakan kompulsi dilakukan berulang-ulang.. Tujuannya untuk mencegah kejadian yang dianggap akan mencelakakan terhadap dirinya atau disebabkan oleh dirinya, walau pun secara objektif tidak akan terjadi. Biasanya, tingkah laku ini diketahui pasien sebagai tidak berdasar, dan ia berusaha berulang-ulang untuk melawannya.
Nama lain keadaan ini: neurosis anankastik atau neurosis obsesif-kompulsif
F42.0   Pikiran dengan obsesi yang menonjol
F42.1   Tindakan kompulsi yang menonjol
F42.2   Pikiran dan tindakan obsesi campuran
F42.8   Kelainan obsesi-kompulsi lainnya
F42.9   Kelainan obsesi-kompulsi, tidak dijelaskan

F43      Reaksi terhadap stress berat, dan gangguan penyesuaian

Kategori ini dikenal dengan kejadian yang sangat menekan perasaan sehingga timbul reaksi stress akut, atau perubahan besar kehidupan yang tidak menyenangkan sehingga timbul gangguan penyesuaian. Kelainan dianggap sebagai respons ‘maladaptive’ atau ‘adaptasi jelek’ terhadap stress berkepanjangan.
F43.0   Reaksi stress akut - reaksi sementara terhadap stress fisik dan mental
F43.1   Stress pasca trauma - respons lama terhadap stress fisik dan mental
F43.2   Gangguan penyesuaian
F43.8   Reaksi lain terhadap stress berat
F43.9   Reaksi yang tidak dijelaskan terhadap stress berat

F44      Kelainan-kelainan dissosiasi (konversi)

Tema umum adalah hilangnya integrasi normal antara memori masa lalu, kesadaran identitas dan sensasi langsung, serta kontrol gerak tubuh. Kelainan yang lebih kronis, seperti paralisis dan anestesia, bisa timbul kalau onsetnya berhubungan dengan masalah yang tidak bisa diselesaikan dan kesulitan interpersonal. Gejala kelainan sering mewakili konsep pasien tentang timbulnya penyakit. Pemeriksaan medis tidak menunjukkan kelainan fisik atau neurologis, karena hilangnya fungsi tubuh merupakan ekspresi konflik atau kebutuhan emosi. Kelompok ini hanya melibatkan kelainan fungsi fisik yang biasanya di bawah kontrol normal.
F44.0   Amnesia disosiasi
Gejala utama adalah hilangnya ingatan tentang kejadian penting yang baru terjadi, bukan sekedar lupa atau lelah. Amnesia terpusat pada kejadian yang menyakitkan, seperti kecelakaan atau duka-cita, dan biasanya bersifat partial (sebagian) dan selektif.
F44.1   Fugue disosiasi
Fugue disosiasi (kehilangan ingatan dan meninggalkan rumah) memiliki semua gejala amnesia disosiasi, tambah berkelana melebihi aktifitas harian biasa..
F44.2   Stupor disosiasi
Stupor disosiasi (keadaan setengah sadar) adalah penurunan atau kehilangan gerakan sadar dan respons terhadap rangsangan luar seperti cahaya, suara, dan rabaan.
F44.3   Trance and possession disorders
Trance (keadaan seperti dalam mimpi, tapi tidak tidur) adalah kehilangan sementara identitas pribadi dan kesadaran akan sekitar. Disini termasuk hanya trance yang tidak disadari atau tidak diinginkan, di luar situasi keagamaan atau kebudayaan yang dianutnya.
F44.4   Gangguan motorik disosiasi
Kemampuan untuk menggerakkan semua atau sebagian anggota hilang. Bisa mirip sekali dengan berbagai variasi ataxia (gerak tak terkontrol), apraxia (tak mampu bergerak dengan pantas), akinesia (gerakan sadar berkurang), aphonia (tak bisa bersuara), dysarthria (susah mengeluarkan kata-kata dengan jelas), dyskinesia (tidak sanggup mengontrol gerakan sadar), seizures, atau paralysis.
F44.5   Konvulsi disosiasi
Mirip dengan epilepsi, tapi jarang disertai lidah tergigit, lecet jatuh, atau inkontinensia urin, kesadaran bisa dipertahankan atau diganti oleh stupor atau trance.
F44.6   Anestesia disosiasi dan kehilangan sensoris
Hilangnya rasa pada kulit memiliki batas yang sesuai dengan pendapat pasien mengenai fungsi tubuh, bukan pendapat medis. Kehilangan sensasi bisa diikuti oleh keluhan paresthesi (kesemutan). Jarang diikuti oleh kehilangan total  penglihatan atau pendengaran.
F44.7   Kelainan disosiasi (konversi) campuran -  gabungan kelainan F44.0-F44.6
F44.8   Kelainan disosiasi (konversi) lainnya
F44.9   Kelainan disosiasi (konversi), tidak dijelaskan

F45      Kelainan somatoformis

Bentuk utama adalah berulang-ulang menyatakan keluhan fisik bersama permintaan untuk pemeriksaan medis, walau pun hasilnya selalu negatif dan dokter mengatakan bahwa gejalanya tidak memiliki basis fisik. Kalau pun ada, kelainan fisik tidak berhubungan dengan gejala dan keyakinan pasien mengenai penyakitnya.
F45.0   Kelainan somatisasi
Gejala fisik yang banyak, berulang, dan sering berubah selama paling kurang dua tahun. Kalau gejala jelas dan berlangsung kurang dari dua tahun, klasifikasikan pada F45.1.
F45.1   Gangguan somatoformis tidak khas
Keluhan somatoformis banyak, bervariasi, dan terus menerus, namun tidak terdapat bentuk klinis kelainan somatisasi yang jelas.
F45.2   Kelainan hipokondriak
Bentuk utama adalah keyakinan persisten adanya kelainan fisik serius dan progresif. Perhatian biasanya terfokus pada satu atau dua organ atau sistem tubuh.
F45.3   Gangguan fungsi otonom somatoformis
Keluhan pasien seolah-olah disebabkan penyakit sistem atau organ yang dikontrol oleh syaraf otonom, seperti kardiovaskuler, pencernaan, pernafasan, dan urogenital. Gejala biasanya dua jenis, tanpa kelainan pada sistem atau organ tersebut. Pertama, keluhan berdasarkan tanda-tanda objektif rangsangan otonom seperti berdebar-debar, keringat, panas-panas, tremor, dan takut akan kemungkinan kelainan fisik. Kedua, keluhan subjektif dan berubah-ubah mengenai sakit dan nyeri, rasa terbakar, rasa beban berat, rasa terjepit, dan perasaan desakan dari dalam, yang dikatakan oleh pasien akibat organ atau sistem tertentu.
F45.4   Nyeri somatoformis persisten
Keluhan utama adalah nyeri persisten, berat, dan menekan perasaan, tapi tidak berdasarkan kelainan fisiologis atau fisik, namun berhubungan dengan konflik emosi atau masalah psikososial yang cukup besar.
F45.8   Gangguan somatoformis lain
Kelainan sensasi, fungsi, dan tingkah-laku yang tidak disebabkan kelainan fisik, tidak melalui syaraf otonom, terbatas pada sistem atau bagian spesifik tubuh.
F45.9   Gangguan somatoformis yang tidak dijelaskan – kelainan psikosomatik NOS

F48      Neurosis lainnya

F48.0   Neurasthenia
Kelelahan mudah terjadi setelah usaha mental atau setelah usaha fisik minimal. Sering terdapat perasaan fisik umum yang tidak menyenangkan seperti pusing, sakit kepala, dan rasa tidak stabil. Nama lain penyakit ini adalah sindroma kelelahan (Fatigue syndrome)
F48.1   Sindroma depersonalisasi - derealisasi
Pasien mengeluhkan perubahan mutu aktifitas mental, tubuh, dan lingkungan, sehingga terasa seperti tidak nyata, jauh, dan serba otomatis di luar kontrol. Pasien sering mengeluh tentang hilangnya emosi dan merasa terasing dari pikiran, tubuh, atau dunia nyata..
F48.8   Gangguan neurosis lain
F48.9   Gangguan neurosis, tidak dijelaskan - Neurosis NOS

F50-F59: Sindroma akibat gangguan fisiologis dan fisik

F50      Kelainan makan

F50.0   Anorexia nervosa
Khas dengan penurunan berat badan yang disengaja, sering pada wanita muda, bisa juga laki-laki muda, anak menjelang pubertas dan wanita menjelang menopause. Gejalanya mencakup pembatasan makanan, olahraga berlebihan, merangsang muntah dan ‘cuci perut’, serta penggunaan obat penekan selera dan diuretika.
F50.1   Anorexia nervosa tidak khas
Mirip anorexia nervosa namun gambaran klinis keseluruhan tidak sesuai. Misalnya tidak terdapat gejala kunci seperti amenorrhea atau sangat takut gemuk, walau pun berat badannya sangat berkurang dan ia menunjukkan tingkah-laku menurunkan berat badan.
F50.2   Bulimia nervosa
Makan berlebihan dan sangat ingin mengontrol berat badan, sehingga menyebabkan pola makan berlebihan yang disusul oleh muntah atau penggunaan pencahar. Nama lain keadaan ini adalah Bulimia, dan Hyperorexia nervosa
F50.3   Bulimia nervosa tidak khas
Mirip bulimia nervosa, tapi gambaran klinis keseluruhan tidak sesuai. Misalnya bisa terdapat makan berlebihan dan penggunaan pencahar berlebihan tanpa perubahan berat badan yang nyata, atau tidak adanya kekhawatiran berlebihan akan bentuk badan dan berat badan.
F50.4   Makan berlebihan akibat kekacauan psikologis lain
Makan berlebihan akibat kejadian yang menyebabkan stress, seperti ditinggal mati, kecelakaan, melahirkan, dsb. Nama lainnya adalah Psychogenic overeating
F50.5   Muntah akibat kekacauan psikologis lain
Muntah berulang pada gangguan dissosiasi (F44.-) dan hipokhondriaka (F45.2). Subkategori ini bisa sebagai tambahan pada O21.- (muntah berlebihan waktu hamil). Nama lainnya adalah Psychogenic vomiting.
F50.8   Kelainan makan lainnya
Pica (keinginan makan yang bukan makanan seperti kayu atau kertas) pada dewasa; nama lain adalah Psychogenic loss of appetite.
Kecuali:        pica pada bayi dan anak kecil (F98.3)